Gejala Seismik dan cara menentukan letak episentrum

Seismik adalah kegempabumian sedangkan seisme adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan gempa bumi. Gempa adalah sentakan asli yang terjadi di bumi bersumber dari dalam bumi yang kemudian merambat ke permukaan bumi (Katilli, 1966). Terjadinya gempa disebabkan oleh pelepasan kekuatan yang berada di dalam bumi. Batuan kulit bumi menjadi bergeser. Dilihat dari penyebab terjadinya, gempa dibedakan menjadi tiga

  1. Gempa vulkanilk, Gempa vulkanik adalah gempa yang disebabkan oleh aktivitas gunung api. Pada saat gunung api meletus timbul tekanan gas dari dalam. Tekanan gas inilah yang menyebabkan timbulnya gempa. Bahaya dari gempa ini relatif kecil dan hanya berpengaruh pada daerah di sekitar gunung api yang akan meletus saja.
  2. Gempa tektonik, Gempa tektonik adalah gempa yang disebabkan oleh gerak orogenetik. Bahaya yang mungkin terjadi lebih besar. Permukaan bumi bisa mengalami retakan, pergeseran atau bahkan terbalik.
  3. Gempa runtuhan atau terban, Gempa runtuhan terjadi karena adanya runtuhan massa batuan yang berada di atas rongga di dalam bumi.


Pusat Gempa berada di bawah permukaan bumi disebut hiposentrum. Ada dua jenis hiposentrum, hiposentrum garis, jika penyebab gempa berupa garis patahan, dan hiposentrum titik jika penyebab gempa dari gunung api atau terban. Permukaan tanah atas hiposentrum disebut episentrum. Daerah ini biasanya menderita kerusakan paling parah. Jika episentrum berada di dasar laut maka akan menimbulkan tsunami.
Berdasarkan kedalaman hiposentrumnya ada tiga jenis gempa, yaitu :
  1. Gempa bumi dalam, memiliki hiposentrum lebih dari 300 km. Daya guncangnya lemah sehingga pengaruhnya kecil sekali.
  2. Gempa bumi menengah, hiposentrum terletak antara 100 s.d. 300 km. Gempa ini menimbulkan kerusakan ringan.
  3. Gempa bumi dangkal, letak hiposentrum kurang dari 100 km. Daya guncangnya sangat kuat. Kerusakan yang ditimbulkan sangat besar. Gempa jenis ini pernah terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Mei 2006

Gelombang gempa, dapat dibedakan menjadi tiga
  1. Gelombang Longitudinal, yaitu gelombang gempa yang merambat dari pusat gempa ke segala arah. Kecepatannya antara 7 s.d. 14 km/detik. Gelombang inilah yang pertama kali di rasakan orang dan pertama kali tercatat oleh seismograf (alat pencatat kekuatan gempa) sehingga disebut gelombang primer.
  2. Gelombang Transversal, yaitu gelombang gempa yang merambat dari pusat gempa dengan kecepatan 4 s.d 7 km/detik. Gelombang ini datangnya lebih akhir daripada gelombang Longitudinal maka dinamakan gelombang sekunder.
  3. Gelombang Panjang, gelombang yang merambat dari episentrum ke segala arah permukaan bumi. Karena rambatan gelombang panjang berada di permukaan bumi maka disebut juga gelombang permukaan.


Catatan gempa kemudian dapat diplot ke dalam peta dan dapatlah diketahui beberapa bentuk garis atau area terkait dengan gempa.
  1. Homoseista adalah garis yang menghubungkan daerah-daerah yang mengalami gempa pada waktu yang sama.
  2. Isoseista adalah garis yang menghubungkan daerrah-daerah yang mengalami kerusakan yang sama.
  3. Pleistoseista adalah garis yang membatasi daerah sekitar episentrum yang mengalami kerusakan paling hebat.

Kekuatan gempa bisa diukur dan dicatat dengan menggunakan alat. Alat yang digunakan untuk mencatat gempa dinamakan seismograf. Sedangkan hasil catatan dari seismograf dinamakan seismogram. Ada dua jenis seismograf
  1. Seismograf horizontal, adalah seismograf yang mencatat gelombang gempa yang arahnya mendatar.
  2. Seismograf vertikal, adalah seismograf yang mencatat gelombang gempa yang arahnya vertikal.

Cara menentukan letak episentrum:
  1. Dengan menggunakan hasil pencatatan seismograf, yang satu seismograf vertikal, satu seismograf horizontal yang berarah utara-selatan, dan satu lagi seismograf horizontal yang berarah timur-barat. Dengan tiga seismograf ini akan ditemukan letak episentrum.
  2. Dengan menggunakan tiga tempat yang terletak dalam satu homoseista. Ketiga tempat yang terletak dalam satu homoseista tersebut dihubungkan, kemudian ditarik garis sumbu pada garis yang menghubungkan tempat-tempat pencatatan.
  3. Dengan menggunakan tiga tempat yang mencatat jarak episentrum. Cara ini dicari dengan rumus Laska, yaitu


∆ = {(S-P)- 1} x 1 megameter

= jarak episentrum 
S-P = selisih waktu pencatatan gelombang primer dengan gelombang sekunder, dalam satuan menit
Misalnya: Kota X mencatat jarak episentrum 5.000 km
Kota Y mencatat jarak episentrum 7.000 km
Kota Z mencatat jarak episentrum 4.000 km 

Dengan data tiga episentrum di tiga kota, kemudian kita ambil peta yang sesuai skalanya. Letak episentrum akan didapat dari perpotongan ketiga lingkaran. Dengan diketahuinya pusat- pusat gempa akan bermanfaat dalam pembangunan di daerah yang rawan gempa. Di Jepang misalnya di daerah yang sering terjadi gempa, rumah-rumah dan gedung-gedung telah dibangun dengan konstruksi yang lebih tahan terhadap gempa dan masyarakatnya telah dilatih cara-cara menyelamatkan diri dari bahaya gempa. Dengan demikian, bahaya yang lebih besar dapat diatasi. Memang tidak mungkin mencegah terjadinya gempa, tetapi dengan kemajuan ilmu dan teknologi setidaknya dapat mengurangi dampak negatif maupun korban yang ditimbulkan.

0 Response to "Gejala Seismik dan cara menentukan letak episentrum"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel