Pengukuran Gempa Bumi

Pengukuran Gempa Bumi

Getaran gempa bumi merambat dari hiposentrum (fokus) dan sering disebut sebagai body waves, menyebar segala arah dalam wujud gelombang getaran, yaitu gelombang primer dan gelombang sekunder. Sedangkan dari episentrum juga terjadi rambatan getaran gempa dipermukaan bumi, dalam bentuk gelombang panjang Dengan demikian gelombang gempa dapat dibedakan menjadi

1) Gelombang primer (P) berupa getaran gelombang yang merambat secara longitudinal, berasal dari hiposentrum dan merambat ke segala arah dengan kecepatan 4-7 km/detik.

2) Gelombang sekunder (S) atau gelombang transversal, yaitu getaran gelombang yang merambat dari hiposentrum (fokus) merambat kesegala arah dengan kecepatan 2 5 km/detik.

3) Gelombang panjang (L) atau gelombang permukaan, yaitu getaran gempa yang merambat di permukaan bumi, dengan kecepatan rambat lebih rendah.


Getaran seismik dapat berupa getaran yang arah gerakannya naik-turun (vertikal) dan getaran yang arah gerakannya horizontal. Getaran yang arah gerakannya vertikal dapat merontokkan jendela, genteng, atau bangunan dan getaran yang arah gerakannya horizontal dapat merobohkan bangunan.

Untuk mengetahui besaran kekuatan gempa bumi, digunakan alat yang disebut seismometer. Seismometer yang dapat mencacat sendiri disebut seismograf oleh karena ada dua jenis getaran gempa maka ada dua jenis seismograf yaitu seismograf untuk mencatat getaran gempa vertikal dan seismograf untuk mencatat getaran gempa horizontal.
youtube.com

Hasil catatan seismograf disebut seismogram. Bila terjadi gempa, getaran seismik pertama yang tertangkap pada seimograf adalah gelombang primer (P), karena kecepatan rambatnya paling tinggi. Beberapa saat kemudian datang gelombang sekunder (S) yang memiliki kecepatan rambat lebih rendah dari gelombang primer. Getarasn gelombang yang datang paling akhir pada seismograf adalah gelombang panjang (L) atau gelombang permukaan, karena kecepatan rambatnya paling rendah. Pada seismogram, ketiga getaran gelombang seismik tersebut dapat dibedakan dengan mudah, karena ketiganya memiliki ciri atau karakteristik yang berlainan. Perhatikan Gambar 23.

Pada seismogram, gelombang primer (P) tercatat pada fase pertama dan selang beberapa waktu kemudian, datang gelombang fase kedua, yaitu gelombang sekunder (S). Selisih waktu pencatatan gelombang primer dan gelombang sekunder tersebut dapat digunakan untuk menghitung jarak episentrum, dengan menggunakan rumus LASKA. Dengan diketahuinya jarak episentrum dari beberapa stasiun pencatat gempa (minimal tiga stasiun) dapat digunakan untuk menentukan lokasi episentrum.


Rumus LASKA
∆ = ((S-P)-1 )  x 1 megameter 

Keterangan :
∆  = Jarak episentrum dengan stasiun pencatat gempa
S - P = selisih waktu datangnya gelombang pertama dan kedua (dlm menit)
1 megameter = 1.000 km.

Contoh penggunaan Rumus LASKA :
Stasiun BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika) di Jakarta pada tanggal 2 Desember 2003 mencatat terjadi gempa di suatu tempat, dan gelombang primer (P) tercatat pada jam 04.22'. gelombang Sekunder (S) tercatat pada jam 04.25' Berapa jarak episentrum dari kota Jakarta?

jawab : = {(4.25 - 4.22) 1)} x 1 megameter
            = (3 - 1) x 1.000 km
            = 2.000 km.
Jadi jarak episentrum dengan Kota Jakarta adalah 2.000 km.

Pada tanggal 2 Desember 2003 stasiun BMG Samarinda, juga mencatat adanya gempa bumi. Gelombang primer (P) tercatat pada jam 04.18', dan gelombang sekunder (S) tercatat pada jam 04.20'.15" Jarak episentrum gempa tersebut dari Samarinda adalah:

       = {(4.20.15 - 4.18) -1} x 1 mega meter
       = (2 1/4 - 1) x 1.000 km
       = 1.250 km

Jadi jarak episentrum gempa tersebut dari Samarinda adalah 1.250 km.

Pada tanggal 2 Desember 2003 Stasiun BMG Ambon juga mencacat adanya gempa bumi. Gelombang primer tercatat terjadi pada jam
04.19 (P) dan gelombang sekunder (S) tercatat pada jam 04.21. Jarak episentrum gempa tersebut dari stasiun BMG Ambon adalah: tersebut dari stasiun BMG Ambon adalah:
= {(04.21 - 04.19) -1} x 1 megameter
= (2-1) x 1.000 km
= (1) x 1.000 km = 1.000 km

Jadi jarak episentrum gempa tersebut dari stasiun BMG Ambon adalah 1.000 km.

Dari ketiga stasiun tersebut dapat ditentukan lokasi episentrum yang pasti, yaitu 2000 km dari Jakarta dan 1.250 km dari Samarinda, dan 1.000 km dari

Ambon. Cara menentukannya adalah, ambil Peta Indonesia, buat garis lingkaran dengan jarak 2.000 km dari Jakarta dan buat juga garis lingkaran dengan jarak 1.250 km dari Samarinda, dan buat garis lingkaran dengan jarak 1.000 km dari Ambon. Titik pertemuan ketiga garis lingkaran itu adalah lokasi episentrum dari gempa tersebut. (Catatan: Gunakan jangka dan perhatikan skala peta).

0 Response to "Pengukuran Gempa Bumi"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel