Sejarah Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya berada di wilayah Sumatra bagian selatan. Diperkirakan pusat pemerintahannya terletak di tepi Sungai Musi atau disekitar kota Palembang sekarang. Dari tepian Sungai Musi, pengaruh Kerajaan Sriwijaya terus meluas mencakup Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Bangka, Laut Jawa bagian barat, Bangka, Jambi Hulu, Semenanjung Malaya hingga ke Tanah Genting Kra. Luas wilayah laut yang dikuasai Kerajaan Sriwijaya menjadikan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim yang besar. 
Peta Kerajaan Sriwijaya (sumber: wikipedia)


Sumber Sumber Kerajaan Sriwijaya
Sumber sejarah mengenai Kerajaan Sriwijaya dapat diperoleh dari beberapa sumber dan dalam negeri dan dari luar negeri.

Sumber dalam Negeri
Berikut sumber dari dalam negeri tentang Kerajaan Sriwijaya.
  • Prasasti Kedukan Bukit, Prasasti ini berisi tentang keberhasilan Raja Dapunta Hyang Sri Jayanasa menaklukkan Kerajaan Melayu (Minangatamwan) dan, memperluas wilayah kekuasaannya sampai daerah Jambi.
  • Prasasti Telaga Batu, secara garis besar isi prasasti ini adalah kutukan terhadap siapa saja yang melakukan kejahatan di Kerajaan Sriwijaya dan tidak taat kepada perintah raja.
  • Prasasti Talang Tuo, Prasasti ini berisi titah Raia Dapunta Hyang untuk membangun Taman Srisetra sebagai tempat rekreasi untuk rakyat Sriwijaya.
  • Prasasti Karang Berahi, Prasasti ini adalah keterangan tentang penguasaan Sriwijaya atas daerah Jambi.
  • Prasasti Ligor, Prasasti ini menyebutkan tentang ibu kota Ligor yang berfungsi mengawasi pelayaran dan perdagangan di Selat Malaka. Selain itu. juga berisi pujian bagi raga yang berhasil menaklukkan musuh-musuhnya dan merupakan wujud kembar dewa kasta yang dengan kekuatannya disebut (sebagai dewa) Wisnu.
  • Prasasti Kota Kapur, Prasasti ini menyebutkan usaha Sriwijaya untuk menaklukkan Bhumi Jawa yang tidak tunduk kepada Sriwijaya.
  • Prasasti Nalanda, Prasasti ini berisi perintah pembangunan sebuah biara di Nalanda atas perintah Raja Balaputradewa. Dalam prasasti juga dituliskan bahwa Kerajaan Sriwijaya telah mengadakan hubungan dengan Kerajaan Pala di Benggala (India Timur).
  • Candi Muara Takus, Diperkirakan Candi Muara Takus dibangun abad VIl-XII Masehi pada masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya. Candi Muara Takus ini memberikan keterangan bahwa masyarakat dan Kerajaan Sriwijaya beragama Buddha. Hal tersebut di sebabkan kemiripan candi dengan Candi Asoka di India (merujuk ke peninggalan-peningalan candi dari raja Asoka yang menyebarkan agama Buddha di India).
Sumber Luar Negeri 
Sumber dari luar negeri yang menerangkan Kerajaan Sriwijaya, adalah berita Cina, berita India, dan berita Arab, karena kegiatan perekonomian kerajaan Sriwijaya yang berupa maritim, sehingga didominasi oleh kegiatan pelayaran antar negara, sehingga berita tentang kerajaan Sriwijaya dapat tersebara ke berbagai negara. 

Kehidupan Politik dan Pemerintahan Kerajaan Sriwijaya
Sejak abad ke-7, Kerajaan Sriwijaya mulai melakukan perluasan wilayah kekuasaan. Perluasan wilayah kekuasaan di mulai dari Minangatamwan ke daerah sekitarnya, yaitu Palembang, Jambi, Lampung, dan Jawa (Tarumanegara) tetapi belum berhasil.
Penguasaan wilayah-wilayah tersebut erat hubungannya dengan penguasaan lalu lintas perdagangan. Wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya sampai abad ke-13 meliputi sebagian besar Sumatra, Semenanjung Malaya, sebagian wilayah Jawa Barat, dan pulau-pulau yang ada di Laut Cina Selatan.
Kerajaan Sriwijaya dapat berkembang menjadi kerajaan besar karena didukung oleh faktor-faktor berikut.

  1. Letak Kerajaan Sriwijaya sangat strategis, yaitu berada di jalur lalu lintas perdagangan antara India dan Cina.
  2. Runtuhnya Kerajaan Funan di Indocina, Vietnam.
  3. Pelayaran dan perdagangan India dan Cina semakin sibuk.
  4. Memiliki armada laut yang kuat.
  5. Melayani distribusi ke berbagai wilayah di Nusantara.
Kekuasaan raja di Kerajaan Sriwijaya bersifat mutlak. Pemerintahan Kerajaan Sriwijaya berdasarkan Prasasti Telaga Batu dibagi menurut jabatan yang bermacam-macam. Jabatan tersebut separti menteri, bupati, panglima, pembesar, pegawai istana, hakim, dan kepala pasukan. Semua pejabat di Kerajaan Sriwijaya dipilih dan diberhentikan sesuai dengan kehendak raja.
Pada abad ke-8 dan 9, Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaan pada waktu diperintah oleh Raja Balaputradewa dari dinasti Syailendra. Mempunyai sifat yang cakap dalam memerintah sehingga berhasil menjadikan Sriwijaya menjadi kerajaan besar. Untuk kepentingan kerajaan, Raja Balaputradewa banyak mengirim para pemuda untuk belajar di India (terutama di Perguruan Tinggi Nalanda). Bahkan beliau mendirikan asrama di Nalanda untuk untuk menampung para pelajar Sriwijaya.
Raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Sriwijaya, antara Iain Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Sri Indrawarman, Balaputradewa, dan Sri Sanggaramawijayatunggawarman.
Pada akhir abad ke-12 M Kerajaan Sriwijaya mengalami masa kemunduran, hal ini sesuai dengan berita Chau-Yu-Kua dari Cina. Berita tersebut diperkuat dengan kitab Sejarah Dinasti Sung yang menyatakan bahwa Sriwijaya mengirimkan utusannya yang terakhir pada tahun 1178.

Berikut hal-hal yang menyebabkan kemunduran Kerajaan Sriwijaya.

  • Kerajaan Sriwijaya berulang-ulang diserang oleh Kerajaan Cholamnndala darl lndia.
  • Kerajaan taklukan Sriwijaya (Ligor, Tanah Kre, Kelantan. Pahang, Jambi. dan Sunda) banyak yang melepaskan diri dari Sriwijaya.
  • Terdesak oleh perkembangan kerajaan di Thailand yang meluaskan pengaruhnya ke arah selatan (Semenanjung Malaya).
  • Perkembangan kerajaan Singasari yang semakin pesat dan menjalin hubungan dengan kerajaan Melayu (Jambi) sehingga Kerajaan Sriwijaya terdesak.
  • Banyak bandar-bandar (pelabuhan) dibawah kerajaan Sriwijaya yang melepaskan diri sehingga mempengaruhi perkembangan perekonomian kerajaan Sriwijaya.
Kehidupan Budaya Kerajaan Sriwijaya 
Bukti bahwa Kerajaan Sriwijaya memiliki kebudayaan yang tinggi adalah dari prasasti-prasasti yang ditemukan. Prasasti tersebut tidak lagi menggunakan bahasa Sanskerta, tetapi sudah mengunakan bahasa Melayu Kuno. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Kerajaan Sriwijaya tidak menerima budaya asing begitu saja, tetapi disesuaikan dengan budaya setempat. Hasil budaya peninggalan Kerajaan Sriwijaya adalah berupa prasasti, arca Buddha di Bukit Siguntang, bangunan suci di Jambi, kompleks Candi Muara Takus, beberapa bangunan suci di Gunung Tua (Padang Lawas), dan Arca Awalokiteswara yang ditemukan di Tapanuli Seiatan.

Kehidupan Sosial Kerajaan Sriwijaya
Kegiatan peningkatan kehidupan sosial kerajaan Sriwijaya antara lain mengadakan kerjasama dengan kerajaan sekitar dan giat mengembangkan pendidikan. Bukti bahwa Kerajaan Sriwijaya dikenal sebagai pusat pendidikan agama Buddha adalah catatan I Tsing yang menyatakan bahwa terdapat seribu pendeta Buddha yang belajar agama Buddha di Sriwijaya. bahkan I Tsing menyarankan kepada pendeta Cina agar belajar terlebih dahulu di Sriwijaya sebelum melanjutkan pendidikan di India. salah satu guru yang terkenal adalah Dharmakirti. Berdasarkan catatan I Tsing dapat diketahui bahwa rakyat Kerajaan Sriwijaya sudah berpendidikan tinggi. Oleh karena itu, Sriwijaya dapat dikatakan sebagai pusat ilmu pengetahuan agama.  

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Sriwijaya 
Salah satu faktor penyebab Kerajaan Sriwijaya disebut kerajaan maritim adalah Sriwijaya menitikberatkan perekonomiannya pada kegiatan perdagangan antarpulau dan antarkawasan.
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan maritim yang menguasai perdagangan di wilayah perairan Asia Tenggara. Sebagai pusat perdagangan, setiap kapal yang Singgah di pelabuhan Sriwijaya diwajibkan untuk membayar pajak kepada raja. Dalam kronik Sung-Shih diceritakan bahwa rakyat Kerajaan Sriwijaya dibebaskan dari kewajiban membayar pajak kepada negara. Hal tersebut berbeda dengan kapal-kapal asing yang berlabuh di pelabuhan Sriwijaya.
Bagi Kerajaan Sriwijaya, kegiatan perdagangan dianggap penting karena Kerajaan Sriwijaya menguasai Selat Malaka, Tanah Genting Kra, dan Selat Sunda yang menjadi urat nadi perdagangan di Asia Tenggara. Kerajaan Sriwijaya berkembang menjadi pelabuhan transito yang ramai disinggahi kapal asing untuk mengambil air minum dan perbekalan makanan serta melakukan aktivitas perdagangan. Kerajaan Sriwijaya memperoleh banyak keuntungan dari komoditas ekspor dan pajak kapal asing yang singgah di pelabuhan-pelabuhan Sriwijaya. Komoditas ekspor banyak yang berasal dari Arab dan Cina, dari arab antara lain kapur barus, kayu gaharu, gading, kayu cendana, timah, kayu ulin, rempah-rempah, dan kemenyan. Dari Cina diantaranya gading, air mawar, kemenyan, buah-buahan, gula putih, gelas, kapur barus, batu karang, pakaian, cula badak, wangi-wangian, bumbu masak, dan obat-obatan.

0 Response to "Sejarah Kerajaan Sriwijaya"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel