Teori Terjadinya Tata Surya

Teori Terjadinya Tata Surya
Foto Oleh Marty McGuire on Unsplash
Dibagian depan sudah dijelaskan bahwa Sistem dengan Matahari sebagai pusat yang dikelilingi oleh planet-planet (Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto) serta satelit pengiringnya dan benda-benda antar planet (Komet, Asteroid, dan Meteoroid), dinamakan Tata Surya. Sekarang bagaimanakah asal mula terjadinya Tata Surya termasuk Bumi sebagai tempat kita hidup ini?

Ternyata sampai sekarang manusia tidak dapat menentukannya dengan pasti. Manusia hanya dapat memperkirakan dan menyusun hipotesis secara ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Hipotesis-hipotesis tentang terjadinya Tata Surya ini berkembang dan selanjutnya dikenal dengan teori-teori terjadinya Tata Surya. Menurut para ahli astronomi, ada beberapa teori tentang terjadinya tata surya, adapaun teori-teori yang dimaksud yaitu

a. Teori Kabut atau Teori Nebula.
Teori Kabut ini pertama kali dikemukakan oleh Immanuel Kant (1749- 1827). ahli filsafat bangsa Jerman. Yang mempunyai suatu hipotesis terciptanya Tata Surya bahwa di jagat raya, bahwa awalnya terdapat gumpalan kabut yang berputar perlahan-lahan. Bagian tengah kabut itu lama kelamaan berubah menjadi gumpalan gas yang kemudian menjadi Matahari sedangkan bagian kabut sekitarnya menjadi planet-planet dan satelitnya. 

Pada waktu yang hampir bersamaan, tanpa adanya komunikasi dan kerja sama, saeorang ahli astronomi dari Perancis bernama Pierre Simon de Laplace (1796), menemukan teori terjadinya tata surya yang hampir sama dan diberi nama nebula hypothesis (nebula kabut). Dia mengatakan bahwa tata surya berasal dari kabut panas yang berpilin. Karena pilinannya itu berupa gumpalan kabut, maka terbentuklah gumpalan bulat seperti bola yang besar. Makin mengecil bola itu, makin cepatlah pilinannya. Makin lama bentuk bola itu memepat pada setiap kutubnya dan melebar di bagian ekuatornya, bahkan sebagian massa gas di ekuatornya itu menjauh dari gumpalan intinya, membentuk gelang gelang. Lama-kelamaan gelang-gelang itu berubah menjadi gumpalan padat. Itulah planet-planet dan satelitnya. Sedangkan bagian inti kabut itu tetap berbentuk gas pijar yang kita lihat sebagai Matahari sekarang ini. Kedua teori tersebut mempunyai persamaan tentang material asalnya, yaitu kabut. Inilah sebab keduanya dijadikan satu nama, yaitu Teori Nebula atau Teori Kabut (Nebular Hypotheses), ada juga yang menyebutnya dengan  Teori Kant dan Laplace.

b. Teori Planetasimal
Thomas C. Chamberlein (1843 1928) seorang ahli Geologi dan Forest R. Moulton (1872 - 1952), seorang ahli Astronomi keduanya dari Amerika yang mengetengahkan teori yang mereka sebut Teori Planetisimal (berarti planet kecil).

Menurut teori ini, Matahari sebetulnya telah ada sebagai salah satu bintang yang ada di alam semesta. Pada suatu waktu, ada sebuah bintang berpapasan dengan Matahari pada jarak yang tidak terlalu jauh. Oleh karena tarikan gravitasi bintang yang lewat, maka sebagian bahan massa dari Matahari tertarik ke arah bintang itu. Ketika bintang menjauh, sebagian bahan massa Matahari yang tertarik ke arah bintang tadi sebagian jatuh ke Matahari kembali dan sebagian terhambur menjadi gumpalan-gumpalan kecil atau planetasimal. Planetasimal-planetasimal melayang di angkasa sebagai benda-benda dingin dalam orbit mengitari Matahari. Dengan tumbukan dan tarikan gravitasi, planetasimal besar menyapu planetasimal yang kecil dan akhirnya menjadi planet-planet. Lihat gambar 2.5.

c. Teori Pasang Surut
Pasang surut dikemukakan oleh Sir James Jeans (1877-1946) dan  Harold Jeffreys (1891), keduanya ilmuwan yang berasal dari Inggris. Teori Pasang surut menyatakan bahwa pada mulanya hanya ada Matahari saja. Pada suatu saat melintaslah sebuah bintang yang besarnya hampir sama dengan matahari dan jaraknya mendekat ke Matahari. Hal ini mengakibatkan terjadinya pasang gas (terlepasnya sebagian massa matahari) karena adanya daya tarik dari bintang yang melintas tadi. Sebagian massa Matahari yang terlepas tadi berbentuk cerutu dan bergerak mengelilingi Matahari. Pada waktu bergerak mengelilingi Matahari, massa Matahari yang berbentuk cerutu mengalami perpecahan menjadi butir-butir besar dan kecil. Butir-butir besar dapat menarik butir-butir yang kecil dan bergabung membentuk gumpalan-gumpalan gas disekitar Matahari. Gumpalan-gumpalan itulah yang kemudian menjadi planet-planet sebagai anggota tata surya.

Teori ini dapat dianalogkan dengan teori pasang surut air laut akibat mendekatnya Bulan ke Bumi. Hanya saja teori James eys, mengatakan bagian yang pasang karena gaya tarik adalah gas, maka bagian yang terlepas tidak bisa surut kembali ke kedudukan semula.

d. Teori Bintang Kembar
Teori ini sebetulnya hampir sama dengan teori pasang surut James-Jeffreys, Menurut teori ini, terjadinya tata surya adalah sebagai berikut Mula-mula Matahari kita merupakan bintang kembar yang letaknya berdekatan kemudian salah satu bintang itu meledak. Pecahan-pecahannya berputar mengelilingi bintang satunya yang tidak meledak. Perputaran itu akibat gaya gravitasi oleh bintang besar yang tidak meledak. Bintang yang tidak meledak manjadi Matahari, scdang pecahan bintang yang meledak menjadi planet-planet dan satelit. 

Di jagad raya ini terdapat beberapa bintang kembar, yang letaknya berdekatan satu sama lain. Di antara kedua bintang itu terdapat hubungan unik. Walaupun bintang satunya bukan satelit bintang yang lain, tetapi dengan setia mengelilinginya. Ada beberapa bintang kembar misalnya Alpha Century dan Antares (rasi Scorpio) dan Aldebaran (rasi Taurus)

Di samping itu terdapat gerombolan bintang yang disebut cluster. Ada yang bentuknya membulat seperti globular cluster. Ada pula yang bentuknya bola disebut tidak beraturan yang disebut open cluster. Jika dilihat dengan mata telanjang (tanpa alat) maka cluster ini seperti satu bintang yang agak besar. Namun jika dilihat dengan alat (teropong). akan nampak bahwa sebetulnya terdiri dari ribuan bintang yang ukurannya sangat kecil, yang letaknya bergerombol.

Teori pasang surut James-Jeffreys dan teori bintang kembar yang muncul sekitar tahun 1930, kurang mempunyai pengaruh karena sulit dibayangkan.

e. Teori Proto Planet
Berikut ini disajikan gambar terjadinya Tata Surya menurut teori Proto Planet.
Teori tentang terbentuknya Tata Surya yang bersifat lebih modern yaitu Teori Proto Planet. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh seorang astronom Jerman bernama Carl von Weizsaecker pada tahun 1940 dan selanjutnya disempurnakan oleh astronom lain, yaitu Gerald P. Kuiper pada tahun 1950.

Teori ini pada dasarnya menyatakan bahwa tata surya itu terbentuk dari gumpalan awan gas dan debu (sehingga teori ini disebut juga teori awan debu). Dasar pemikiran dari teori ini yaitu dewasa ini banyak dijumpai gumpalan awan seperti ini yang bertebaran di alam semesta. Lebih dari 5 milyard tahun yang lalu, salah satu gumpalan awan itu mengalami pemampatan. Pada prosaes pemampatan itu partikel - partikel debu tertarik ke bagian pusat awan tersebut, selanjutnya membentuk gumpalan bola dan mulai berpilin. Lama-kelamaan gumpalan gas itu memipih menyerupai bentuk cakram yang tebal di bagian tengah dan lebih tipis di bagian tepinya. Bagian tengah cakram gas itu berpilin lebih lambat dari pada bagian tepinya. Partikel-partikel di bagian tengah cakram itu kemudian saling menekan, sehingga menimbulkan panas dan berpijar. Bagian tengah yang berpijar ini adalah protosun (bahan Matahari), yang akhirnya menjadi Matahari.

Bagian tepi (bagian yang lebih luar) berotasi sangat cepat, sehingga terpecah-pecah menjadi banyak gumpalan gas dan debu yang lebih kecil. Gumpalan kecil ini (proto planer) berotasi pula. Bagian inilah yang selanjutnya membeku dan akhirnyamenjadi planet-planet serta satelit-satelitnya.

2. Teori Terjadinya Tata Surya

Dibagian depan sudah dijelaskan bahwa Sistem dengan Matahari sebagai pusat yang dikelilingi oleh planet-planet (Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto) serta satelit pengiringnya dan benda-benda antar planet (Komet, Asteroid, dan Meteoroid), dinamakan Tata Surya. Sekarang bagaimanakah asal mula terjadinya Tata Surya termasuk Bumi sebagai tempat kita hidup ini?

Ternyata sampai sekarang manusia tidak dapat menentukannya dengan pasti. Manusia hanya dapat memperkirakan dan menyusun hipotesis secara ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Hipotesis-hipotesis tentang terjadinya Tata Surya ini berkembang dan selanjutnya dikenal dengan teori-teori terjadinya Tata Surya. Menurut para ahli astronomi, ada beberapa teori tentang terjadinya tata surya, adapaun teori-teori yang dimaksud yaitu

a. Teori Kabut atau Teori Nebula.
Teori Kabut ini pertama kali dikemukakan oleh Immanuel Kant (1749- 1827). ahli filsafat bangsa Jerman. Yang mempunyai suatu hipotesis terciptanya Tata Surya bahwa di jagat raya, bahwa awalnya terdapat gumpalan kabut yang berputar perlahan-lahan. Bagian tengah kabut itu lama kelamaan berubah menjadi gumpalan gas yang kemudian menjadi Matahari sedangkan bagian kabut sekitarnya menjadi planet-planet dan satelitnya. 

Pada waktu yang hampir bersamaan, tanpa adanya komunikasi dan kerja sama, saeorang ahli astronomi dari Perancis bernama Pierre Simon de Laplace (1796), menemukan teori terjadinya tata surya yang hampir sama dan diberi nama nebula hypothesis (nebula kabut). Dia mengatakan bahwa tata surya berasal dari kabut panas yang berpilin. Karena pilinannya itu berupa gumpalan kabut, maka terbentuklah gumpalan bulat seperti bola yang besar. Makin mengecil bola itu, makin cepatlah pilinannya. Makin lama bentuk bola itu memepat pada setiap kutubnya dan melebar di bagian ekuatornya, bahkan sebagian massa gas di ekuatornya itu menjauh dari gumpalan intinya, membentuk gelang gelang. Lama-kelamaan gelang-gelang itu berubah menjadi gumpalan padat. Itulah planet-planet dan satelitnya. Sedangkan bagian inti kabut itu tetap berbentuk gas pijar yang kita lihat sebagai Matahari sekarang ini. Kedua teori tersebut mempunyai persamaan tentang material asalnya, yaitu kabut. Inilah sebab keduanya dijadikan satu nama, yaitu Teori Nebula atau Teori Kabut (Nebular Hypotheses), ada juga yang menyebutnya dengan  Teori Kant dan Laplace.

b. Teori Planetasimal
Thomas C. Chamberlein (1843 1928) seorang ahli Geologi dan Forest R. Moulton (1872 - 1952), seorang ahli Astronomi keduanya dari Amerika yang mengetengahkan teori yang mereka sebut Teori Planetisimal (berarti planet kecil).

Menurut teori ini, Matahari sebetulnya telah ada sebagai salah satu bintang yang ada di alam semesta. Pada suatu waktu, ada sebuah bintang berpapasan dengan Matahari pada jarak yang tidak terlalu jauh. Oleh karena tarikan gravitasi bintang yang lewat, maka sebagian bahan massa dari Matahari tertarik ke arah bintang itu. Ketika bintang menjauh, sebagian bahan massa Matahari yang tertarik ke arah bintang tadi sebagian jatuh ke Matahari kembali dan sebagian terhambur menjadi gumpalan-gumpalan kecil atau planetasimal. Planetasimal-planetasimal melayang di angkasa sebagai benda-benda dingin dalam orbit mengitari Matahari. Dengan tumbukan dan tarikan gravitasi, planetasimal besar menyapu planetasimal yang kecil dan akhirnya menjadi planet-planet. Lihat gambar 2.5.

c. Teori Pasang Surut
Pasang surut dikemukakan oleh Sir James Jeans (1877-1946) dan  Harold Jeffreys (1891), keduanya ilmuwan yang berasal dari Inggris. Teori Pasang surut menyatakan bahwa pada mulanya hanya ada Matahari saja. Pada suatu saat melintaslah sebuah bintang yang besarnya hampir sama dengan matahari dan jaraknya mendekat ke Matahari. Hal ini mengakibatkan terjadinya pasang gas (terlepasnya sebagian massa matahari) karena adanya daya tarik dari bintang yang melintas tadi. Sebagian massa Matahari yang terlepas tadi berbentuk cerutu dan bergerak mengelilingi Matahari. Pada waktu bergerak mengelilingi Matahari, massa Matahari yang berbentuk cerutu mengalami perpecahan menjadi butir-butir besar dan kecil. Butir-butir besar dapat menarik butir-butir yang kecil dan bergabung membentuk gumpalan-gumpalan gas disekitar Matahari. Gumpalan-gumpalan itulah yang kemudian menjadi planet-planet sebagai anggota tata surya.

Teori ini dapat dianalogkan dengan teori pasang surut air laut akibat mendekatnya Bulan ke Bumi. Hanya saja teori James eys, mengatakan bagian yang pasang karena gaya tarik adalah gas, maka bagian yang terlepas tidak bisa surut kembali ke kedudukan semula.

d. Teori Bintang Kembar
Teori ini sebetulnya hampir sama dengan teori pasang surut James-Jeffreys, Menurut teori ini, terjadinya tata surya adalah sebagai berikut Mula-mula Matahari kita merupakan bintang kembar yang letaknya berdekatan kemudian salah satu bintang itu meledak. Pecahan-pecahannya berputar mengelilingi bintang satunya yang tidak meledak. Perputaran itu akibat gaya gravitasi oleh bintang besar yang tidak meledak. Bintang yang tidak meledak manjadi Matahari, scdang pecahan bintang yang meledak menjadi planet-planet dan satelit. 

Di jagad raya ini terdapat beberapa bintang kembar, yang letaknya berdekatan satu sama lain. Di antara kedua bintang itu terdapat hubungan unik. Walaupun bintang satunya bukan satelit bintang yang lain, tetapi dengan setia mengelilinginya. Ada beberapa bintang kembar misalnya Alpha Century dan Antares (rasi Scorpio) dan Aldebaran (rasi Taurus)

Di samping itu terdapat gerombolan bintang yang disebut cluster. Ada yang bentuknya membulat seperti globular cluster. Ada pula yang bentuknya bola disebut tidak beraturan yang disebut open cluster. Jika dilihat dengan mata telanjang (tanpa alat) maka cluster ini seperti satu bintang yang agak besar. Namun jika dilihat dengan alat (teropong). akan nampak bahwa sebetulnya terdiri dari ribuan bintang yang ukurannya sangat kecil, yang letaknya bergerombol.

Teori pasang surut James-Jeffreys dan teori bintang kembar yang muncul sekitar tahun 1930, kurang mempunyai pengaruh karena sulit dibayangkan.

e. Teori Proto Planet
Berikut ini disajikan gambar terjadinya Tata Surya menurut teori Proto Planet.
Teori tentang terbentuknya Tata Surya yang bersifat lebih modern yaitu Teori Proto Planet. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh seorang astronom Jerman bernama Carl von Weizsaecker pada tahun 1940 dan selanjutnya disempurnakan oleh astronom lain, yaitu Gerald P. Kuiper pada tahun 1950.

Teori ini pada dasarnya menyatakan bahwa tata surya itu terbentuk dari gumpalan awan gas dan debu (sehingga teori ini disebut juga teori awan debu). Dasar pemikiran dari teori ini yaitu dewasa ini banyak dijumpai gumpalan awan seperti ini yang bertebaran di alam semesta. Lebih dari 5 milyard tahun yang lalu, salah satu gumpalan awan itu mengalami pemampatan. Pada prosaes pemampatan itu partikel - partikel debu tertarik ke bagian pusat awan tersebut, selanjutnya membentuk gumpalan bola dan mulai berpilin. Lama-kelamaan gumpalan gas itu memipih menyerupai bentuk cakram yang tebal di bagian tengah dan lebih tipis di bagian tepinya. Bagian tengah cakram gas itu berpilin lebih lambat dari pada bagian tepinya. Partikel-partikel di bagian tengah cakram itu kemudian saling menekan, sehingga menimbulkan panas dan berpijar. Bagian tengah yang berpijar ini adalah protosun (bahan Matahari), yang akhirnya menjadi Matahari.

Bagian tepi (bagian yang lebih luar) berotasi sangat cepat, sehingga terpecah-pecah menjadi banyak gumpalan gas dan debu yang lebih kecil. Gumpalan kecil ini (proto planer) berotasi pula. Bagian inilah yang selanjutnya membeku dan akhirnyamenjadi planet-planet serta satelit-satelitnya.

0 Response to "Teori Terjadinya Tata Surya"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel